Penggunaan teknologi dalam dunia akademik kini bukan lagi pilihan melainkan keharusan. Salah satu teknologi atau aplikasi yang dapat digunakan oleh dosen maupun mahasiswa yaitu Mendeley. Perpustakaan Universitas Andalas melaksanakan Workshop Mendeley pada 14 November 2024 lalu. Kegiatan ini merupakan bentuk upaya Perpustakaan Universitas Andalas sebagai bagian dari institusi pendidikan yang terus bergerak seiring perkembangan zaman. Kegiatan ini menegaskan pentingnya penguasaan media digital sebagai salah satu pilar utama produktivitas akademik.
Di dunia pendidikan tinggi yang semakin kompetitif, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk membuat karya ilmiah yang berkualitas, tetapi juga harus bisa mengatur waktu dengan baik. Di sinilah Mendeley hadir sebagai aplikasi yang membantu mengelola referensi. Dengan fitur-fitur seperti pembuatan daftar pustaka otomatis dan pengelompokan referensi, Mendeley dirancang untuk mempermudah mahasiswa dalam menyelesaikan tugas penulisan yang sering dianggap sulit dan memakan waktu.
Namun, terlepas dari manfaat teknis yang ditawarkan, keberhasilan workshop ini tidak hanya terletak pada penguasaan aplikasi semata, melainkan juga pada peran Perpustakaan Universitas Andalas sebagai penggerak perubahan untuk meningkatkan efisiensi waktu dalam penyusunan karya ilmiah mahasiswa. Dengan memberikan pelatihan berbasis teknologi, perpustakaan tidak lagi sekadar berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku, tetapi juga berkembang menjadi pusat inovasi yang relevan dengan tantangan era digital.
Hal menarik lainnya dari workshop ini adalah kesempatan peserta untuk belajar secara langsung dengan arahan pemateri dalam mengakses dan menggunakan aplikasi Mendeley. Interaksi aktif terlihat ketika para peserta mengajukan berbagai pertanyaan, mulai dari cara mengimpor referensi secara otomatis hingga strategi mengintegrasikan Mendeley dengan perangkat lunak penulisan ilmiah seperti Microsoft Word. Pertanyaan yang diajukan tidak hanya menunjukkan antusiasme peserta, tetapi juga mencerminkan kebutuhan nyata di lapangan, terutama dalam hal efisiensi dan akurasi pengelolaan referensi.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa pelatihan teknologi tidak cukup hanya dilakukan di ruang kelas; harus ada pengalaman nyata yang menghidupkan teori menjadi aplikasi praktis.
Ke depan, pelatihan seperti ini tidak hanya penting untuk mahasiswa, tetapi juga bagi dosen dan peneliti yang sering kali terjebak dalam pola kerja tradisional. Penguasaan alat seperti Mendeley bukan sekadar tambahan keterampilan, tetapi merupakan lompatan menuju cara kerja yang lebih efisien dan terstruktur.
Workshop Mendeley ini salah satu langkah kecil, tetapi dampaknya berpotensi besar dalam membentuk budaya akademik yang lebih modern di Universitas Andalas. Semoga langkah progresif seperti ini terus berkembang, menjadikan literasi digital sebagai bagian integral dari kehidupan akademik.
